Diseksa Dengan angin yang dasyat selama tujuh malam lapan hari I Kisah Nabi Hud عليه السلام
Diseksa Dengan angin yang dasyat selama tujuh malam lapan hari I Kisah Nabi Hud عليه السلام |
Nabi Hud (عليه السلام) merupakan keturunan Sam bin Nuh (cucu
Nabi Nuh ) dari suku 'Aad (عاد), suku yang hidup di
jazirah Arab, disuatu tempat bernama Al-Ahqaf yang terletak di utara Hadramaut
antaraYaman dan Oman. Mereka adalah kaum penyembah berhala bernama Shamud,
Shada, dan al-Haba. Mereka termasuk suku yang tertua sesudah kaum Nuh. Mereka
dikurniai oleh Allah (الله) tanah yang subur,
dengan sumber-sumber air yang memudahkan mereka bercocok tanam.
Sebagaimana dengan kaum Nabi Nuh
(نوح), kaum Hud, yaitu suku 'Aad tidak mengenal
Allah sebagai Ilahnya. Mereka membuat patung-patung yang diberi nama Shamud dan
Alhattar dan itu yang disembah sebagai ILAH mereka yang menurut kepercayaannya
dapat memberi kebahagiaan, kebaikan dan keuntungan serta dapat menolak
kejahatan, kerugian dan segala musibah. Ajaran dan agama Nabi Idris (عليه السلام) (إدريس) dan Nabi Nuh (عليه السلام) (نوح) sudah tidak
dijalankan lagi.
Nabi Hud (عليه السلام) memulai dakwahnya dengan menarik
perhatian kaumnya suku 'Aad kepada tanda-tanda wujudnya Allah yang berupa alam
sekitar mereka dan bahwa Allah-lah yang menciptakan mereka semua dan
mengaruniakan mereka dengan segala kenikmatan hidup. Dia-lah yang seharusnya
mereka sembah dan bukan patung-patung yang mereka buat sendiri.
Diterangkan oleh Nabi Hud bahwa
dia adalah pesuruh Allah yang diberi tugas untuk membawa mereka ke jalan yang
benar, beriman kepada Allah yang menciptakan mereka serta menghidupkan dan
mematikan mereka, memberi rezeki atau mencabutnya dari mereka. Ia tidak
mengharapkan upah dan menuntut balas jasa atas usahanya memimpin mereka ke jalan yang benar. Ia hanya menjalankan
perintah Allah dan memperingatkan mereka bahwa jika mereka tetap menutup
telinga dan mata mereka, mengingatkan perihal kaum Nabi Nuh yang ditimpa azab
Allah serta meminta mereka untuk berhenti dari menyembah berhala.
Bagi kaum 'Aad, seruan dan dakwah
Nabi Hud (عليه السلام) itu merupakan
sesuatu yang tidak pernah mereka dengar ataupun duga. Mereka melihat bahwa
ajaran yang dibawa oleh Nabi Hud itu akan mengubah cara hidup mereka dan
membongkar peraturan dan adat istiadat yang telah mereka kenal dan warisi dari
nenek moyangmereka. Mereka tercengang dan merasa hairan bahwa seorang dari suku
mereka sendiri telah berani berusaha merombak tatacara hidup mereka dan
menggantikan agama dan kepercayaan mereka dengan sesuatu yang baru yang mereka
tidak kenal dan tidak dapat dimengerti dan diterima oleh akal fikiran mereka.
Pembalasan Allah terhadap kaum
'Aad yang kafir dan tetap membangkang itu diturunkan dalam dua tahap. Tahap
pertama berupa kekeringan yang melanda ladang dan kebun mereka. Dalam keadaan
demikian Nabi Hud (عليه السلام) masih berusaha
meyakinkan mereka bahwa kekeringan itu adalah suatu permulaan siksaan dari
Allah yang dijanjikan dan bahwa Allah masih memberi kesempatan kepada mereka
untuk sedar akan kesesatan dan kekafiran mereka dan kembali beriman kepada
Allah dengan meninggalkan persembahan mereka yang batil untuk kemudian
bertaubat dan memohon ampun kepada Allah agar segera hujan turun kembali dan
menghindari mereka dari bahaya kelaparan yang mengancam. Akan tetapi mereka
tetap belum mau percaya dan menganggap janji Nabi Hud (عليه السلام) itu adalah janji kosong. Mereka bahkan
pergi menghadap berhala-berhala mereka memohon perlindungan dari musibah yang
mereka hadapi.
Tentangan mereka terhadap janji
Allah yang diwahyukan kepada Nabi Hud (عليه السلام) segera mendapat jawaban dengan datangnya
pembalasan tahap kedua yang dimulai dengan terlihatnya gumpalan awan dan mega
hitam yang tebal diatas mereka yang disambutnya dengan sorak-sorai gembira,
karena mengira bahwa hujan akan segera turun membasahi ladang dan menyirami
kebun mereka yang sedang mengalami kekeringan. Melihat sikap kaum 'Aad yang
sedang bersuka ria itu berkatalah Nabi Hud (عليه السلام) dengan nada mengejek: Mega hitam itu
bukanlah mega hitam dan awan rahmat bagi kamu tetapi mega yang akan membawa
kehancuran kamu sebagai pembalasan Allah yang telah kujanjikan dan kamu
ternanti-nanti untuk membuktikan kebenaran kata-kataku yang selalu kamu sangkal
dan kamu dusta.
Sejurus kemudian menjadi
kenyataanlah apa yang diramalkan oleh Nabi Hud (عليه السلام) itu bahwa bukan hujan yang turun dari
awan yang tebal itu tetapi angin tauffan yang dahsyat dan kencang disertai
bunyi guruh yang mencemaskan yang telah merosakkan bangunan rumah dari
dasarnya, membawa berterbangan semua perabot dan harta benda serta melempar
jauh binatang-binatang ternakan. Keadaan kaum 'Aad menjadi panik, mereka
berlari kesana-sini, hulu-hilir mencari perlindungan.
Adapun Nabi Hud (عليه السلام) dan para sahabatnya
yang beriman telah mendapat perlindungan Allah dari bencana yang menimpa
kaumnya. Setelah keadaan cuaca kembali tenang dan tanah Al-Ahqaf sudah menjadi
sunyi senyap dari kaum 'Aad pergilah Nabi Hud (عليه السلام) meninggalkan tempatnya berhijrah ke
Hadramaut, dimana ia tinggal menghabiskan sisa hidupnya sampai ia wafat dan
dimakamkan di sana. Hingga sekarang makamnya yang terletak di atas sebuah
bukit, di suatu tempat lebih kurang 50 km dari kota Siwun selalu dikunjungi
para peziarah yang datang dari sekitar daerah itu, terutama pada bulan Syaaban.
PENGAJARAN
~ Nabi hud (عليه السلام)merupakan cucu Nabi Nuh (عليه السلام) yang diutuskan Allah kepada kaumnya yang
bernama ‘Ad.
~ Bangsa ‘Ad adalah bangsa yang
kukuh dan kuat, mahir membuat benteng dan bangunan-bangunan yang indah, namun
sayang agama mereka adalah penyembah berhala.
~ Kaum ‘Ad yang takbur dan
sombong ini dihancurkan Allah. Allah menggantikan mereka dengan bangsa yang
baru.
~ Kaum ‘Ad diseksa oleh Allah
dengan angin yang dasyat selama tujuh malam lapan hari, dan akhirnya mereka
mati bergelimpangan seperti pohon-pohon yang ditumbangan.
~ Pengikut Nabi Hud (عليه السلام) merupakan
insane-insan yang beriman dan setiap manusia yang berimankepada Allah, sentiasa
dilindungi Nyadari malapetaka yang hebat.
~ Nabi Hud (عليه السلام) berpindah dari tempat yang sudah
Dihancurkan Allah ke Hadramaut sehingga ke akhir hayatnya.
Antara kisah Nabi Hud (عليه السلام) dalam Al-Quran..
“ Kami
telah mengutuskan kepada kaum ‘Ad seorang saudaranya yang bernama Hud (عليه السلام), seraya berkata:
“Wahai kaumku! Sembahlah kamu akan Allah tiadalah ILAH bagi kami selain Dia. Tiadalah Kamu melainkan
orang-orang yang selalu mengada-adakan saja.”
(Hud : 50)
“ Wahai
kaum ku! Saya tidak meminta upah kepadamu, dan tiada yang memberi upah saya,
melainkan Allah yang menjadikan saya. Apakah kamu tidak berakal?”
(Hud : 51)
“ Wahai
kaumku! Mintalah keampunan terhadap RABBmu dan bertaubatlah kamu kepada Nya,
nescaya Ia menurunkan hujan yang lebat dari langit, dan Ia akan menambahkan
kekuatan bersama kekuatanmu, sebab itu janganlah kamu berpaling, nanti kamu
menjadi orang yang berdosa!”
(Hud : 52)
“ Mereka
menjawab: “ Wahai Hud (عليه السلام)! Tiada engkau
mendatangkan kepada kami suatu keterangan, sebab itu kami tidak suka
meninggalkan ILAH kami dengan semata-mata perkataan engkau itu saja, dan
tiadalah kami percaya kepada engkau.”
(Hud : 53)
“
Tiadalah kami mengatakan, melainkan diantara ILAH kami telah menimbulkan
kejahatan kepada engkau (iaitu penyakit gila babi).Dia (Hud (عليه السلام)) berkata,”Sesungguhnya saya
mempersaksikan hal ini kepada Allah dan jadi saksilah kamu, bahawa saya
melepaskan diri daripada yang kamu persekutukan.”
(Hud : 54)
“ Adapun
‘Ad dibinasakan dengan angin yang sangat keras, dan amat dinginnya, ditimpakan
kepada mereka tujuh malam lapan hari tanpa putus-putusnya.”
Maka kelihatan mereka
bergelimpangan mati sebagai batang kurma yang telah roboh. Habis binasalah
semuanya kerana kederhakaan mereka juga.”
(Al-Haqqah 6-8)
Comments
Post a Comment